mdArch
Anggota Fraksi Partai Golkar di Komisi I DPR RI, Fayakhun Andriadi, mengatakan penjajahan pihak Singapura atas teknologi informasi (TI) Indonesia benar-benar sangat menyakitkan. "Jelas sekali, kedaulatan kita pada ranah cyber atau TI secara keseluruhan benar-benar porak-poranda, dan ini butuh atensi serius sejumlah kementerian serta perguruan tinggi," katanya kepada ANTARA, di Jakarta, Minggu (22/8) malam.

Situasi ini, menurutnya, semakin diperparah oleh penguasaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) atas satelit yang sekarang berada di bawah perusahaan Indosat. "Dan, kita tahu bersama, siapa pemilik mayoritas (sahamnya) Indosat itu 'kan? Bukan lagi negara kita, toh? Saham mayoritasnya kini milik negara lain," ungkapnya. Padahal, hak orbit satelit merupakan milik suatu negara, bukan corporate. "Ini bahaya dan sangat serius dampaknya bagi kita, masa depan bangsa. Celaka kita jika semua urusan TI dikendalikan dari luar (Singapura) karena mereka yang menguasai saham perusahaan yang mengoperasikan satelit yang dibikin atas nama negara kita itu," katanya menandaskan.

Buat Internet Sendiri

Untuk mengatasi begitu lemahnya RI dalam penguasaan TI, dan malah terkesan didikte pihak asing, Fayakhun Andriadi bersama fraksinya menawarkan pembuatan internet exchange sendiri. "Internet exchange yang tidak melewati negera persemakmuran, yakni di utara dengan Singapura, dan selatan dengan Australia, lalu ke timur laut ke Taiwan, dan ke barat laut dengan India," katanya. Dengan begitu, menurutnya, satu informasi rahasia yang utuh, dapat dipecah ke empat jurusan.

"Dalam hal ini, pemerintah RI mestinya menegakkan kedaulatan cyber di wilayah republik," tegas Fayakhun Andriadi lagi. Sebab, kenyataannya sekarang, ia menilai Republik Indonesia sebagai negara berdaulat ternyata harus tunduk kepada pihak lain dalam kedaulatan di bidang cyber atau teknologi informasi (TI). "Saya sependapat, bahwa saat ini RI sebagai negara berdaulat, ternyata tidak berdaulat di ranah cyber yang digunakan oleh anak
bangsa sendiri," katanya.

Ia mengatakan itu merespon pernyataan seorang pakar TI alumni sebuah perguruan tinggi ternama di Indonesia pada sebuah diskusi terbatas di Jakarta, akhir pekan lalu, yang mengungkapkan, RI benar-benar semakin didikte Singapura dan Malaysia dalam hal telekomunikasi di samping perbankan. Sebagaimana berkembang dalam diskusi terbatas itu, khusus dalam soal TI, Indonesia hanya menjadi ladang empuk mengais dolar dan ringgit oleh dua negeri jiran tersebut.

Ini karena semua operator seluler dan internet berbasis di dua negeri jiran ini. Akibatnya, tiap voucher pulsa apa saja, juga setiap kali satu WNI membuka internet (browse), langsung kena charge yang terhisap otomatis ke sana. "Artinya, mereka gemuk oleh kebodohan kita. Satu hal lagi, dengan keadaan seperti sekarang, maka informasi apa pun termasuk Rahasia Negara (RHN) jadi telanjang di mata negeri peanut Singapura," ujar Benni TBN, pakar TI yang menjadi salah satu pembicara dalam diskusi tersebut.

Golkar Desak Menkominfo

Dalam kaitan itulah, demikian Fayakhun Andriadi, Fraksi Partai Golkar (FPG) mendesak Menteri Negara Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) agar mampu berdaya upaya menegakkan kedaulatan bangsa Indonesia di ranah cyber milik bangsa sendiri. "Ranah cyber yang dimaksud tidak hanya meliputi voice, namun juga data dan data khusus. Jika tidak, tidak ada Rahasia Negara (RHN) yang tidak 'telanjang' keluar," ujarnya.

Sebelumnya, rekannya sesama anggota FPG, Paskalis Kossay, secara terpisah mengkhawatirkan adanya dugaan RHN itu bocor ke luar via Singapura. "Kita memang sudah ketinggalan dalam hal kemajuan dan penguasaan teknologi untuk berbagai aspek, utamanya di sektor teknologi informasi (TI)," kata anggota Komisi I DPR RI(Bidang Luar Negeri, Pertahanan Keamanan, Intelijen, Komunikasi, dan Informatika) ini. Kekhawatiran itu, lanjutnya, terus memuncak, apalagi banyak
operator seluler dan internet di tanah air yang memang dikendalikan dari dua negara itu.

Singapura Kendalikan Jaringan

Sementara itu, dalam diskusi terbatas akhir pekan lalu, Benny TBN juga mengungkapkan, saat ini nyatanya lalu lintas jaring optik kita
dikendalikan oleh traffic administrator di Singapura. "Karenanya, semua jaringan internet dan seluler harus ditarik atau 'dipaksa' melewati 'persimpulan utama' di kota itu. Apalagi RHN yang tak mereka tahu? Sialnya lagi, satelit Indosat (dulu Palapa) jadi mayoritas milik Temasek (sebuah BUMN Singapura)," ungkapnya lagi.

Akibatnya, lanjutnya, selain kita jadi seperti 'telanjang' dalam informasi apa pun, juga RI cuma berfungsi sebagai pelanggan seluler. "Posisi ini jauh di bawah fungsi distributor seluler. Jadi, kita cuma outlet, tukang jual produk TI mereka. Dan yang jelas, banyak perusahaan provider kita cuma nama doank perusahaannya itu milik RI dengan mayoritas saham dikuasai mereka," ujarnya.

Merespons situasi serius ini, Paskalis Kossay mendesak para pihak berkompeten untuk segera melakukan tindakan konkret. "Kita jangan cuma sibuk urus video porno dan konten TI, lalu tidak
berjuang agar semua operator berbasis di sini. Mohon ini digumuli dan jadi atensi serius," katanya menegaskan. Ia mengatakan argumentasi para pakar TI itu terkesan bukan main-main, dan tidak berangkat dari argumentasi emosional, tetapi sangat rasional.

"Demi martabat dan kedaulatan NKRI, perlu segera tindakan konkret dan perbaikan ke depan secara bersama. Kami di Komisi I DPR RI tentu akan melaksanakan fungsi kewenangan kami sesuai aturan konstitusi," katanya menandaskan. Salah satunya, menurut Paskalis Kossay, akan mengagendakan rapat dengan menghadirkan para pakar TI untuk mendapatkan info teranyar serta academics sekaligus merumuskan langkah-langkah konkret terbaik bagi kepentingan negara.


Category: , , | edit post
0 Responses