mdArch
Hai lagi, semuanya. :) Sudah berapa lama ya blog ini tak diupdate? Kasihan juga nih blog. Gara-gara kesibukan real life yang meningkat, dikau jadi tak terurus. Maafkan saya ya, blogku tersayang. :p

Nah, kebetulan hari ini adalah Hari Ibu (secara internasional dirayakan setiap hari Minggu kedua di bulan Mei) atau Hari Perempuan Internasional (dirayakan setiap tanggal 8 Mei) Jadi, Hari Ibu dan Hari Perempuan Internasional pada tahun 2011 ini jatuh pada hari yang sama, Minggu, 8 Mei 2011. Karenanya, kali ini saya ingin berbagi sebuah cerita tentang ibu, cerita yang menurutku sangat menyentuh hati. Siapa tahu ada di antara teman-teman yang belum membaca cerita ini, semoga teman-teman merasa tersentuh dan ingin menangis (loh?).

....

Dalam kehidupan sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya.

Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.

Kebohongan Ibu yang Pertama

Cerita ini bermula ketika aku masih kecil. Aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, Ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, Ibu berkata, "Makanlah, Nak, aku tidak lapar."

Kebohongan Ibu yang Kedua

Ketika saya mulai tumbuh dewasa, Ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah. Ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk pertumbuhan.

Sepulang memancing, Ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, Ibu duduk di sampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di sisa tulang ikan yang aku makan.

Aku melihat Ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi Ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata, "Makanlah, Nak. Aku tidak suka makan ikan."

Kebohongan Ibu yang Ketiga

Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, Ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup.

Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat Ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata, "Ibu, tidurlah, sudah malam. Besok pagi Ibu masih harus bekerja." Ibu tersenyum dan berkata, "Cepatlah tidur, Nak. Aku tidak capek."

Kebohongan Ibu yang Keempat

Ketika ujian tiba, Ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, Ibu yang tegar dan gigih menungguku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi menandakan ujian sudah selesai, Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku.

Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat Ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk Ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata, "Minumlah, Nak. Aku tidak haus."

Kebohongan Ibu yang Kelima

Setelah kepergian ayah karena sakit, Ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaannya yang dulu, ia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah.

Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi Ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasihat mereka, Ibu berkata, "Saya tidak butuh cinta."

Kebohongan Ibu yang Keenam

Setelah aku, kakakku, dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, Ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi Ibu tidak mau, ia rela pergi ke pasar setiap pagi untuk berjualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan Ibu, tetapi Ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut, malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata, "Saya punya uang."

Kebohongan Ibu yang Ketujuh

Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat beasiswa dari sebuah perusahaan.

Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi Ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, berkata kepadaku, "Aku tidak terbiasa."

Kebohongan Ibu yang Kedelapan

Setelah memasuki usia lanjut, Ibu terkena penyakit kanker lambung dan harus dirawat di rumah sakit. Aku yang berada jauh di seberang Samudera Atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat Ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi.

Ibu yang kelihatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering.

Aku menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi Ibu dengan tegarnya berkata, "Jangan menangis, anakku. Aku tidak kesakitan."

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, Ibu tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.

....

Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan, "Terima kasih, Ibu!"

Coba dipikir-pikir, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah-ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah-ibu kita?

Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah-ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah.

Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita.

Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari orangtua kita? Cemas apakah orangtua kita sudah makan atau belum? Cemas apakah orangtua kita sudah bahagia atau belum?

Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi. Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi orangtua kita, lakukanlah yang terbaik, jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian hari.

Selamat Hari Ibu. Selamat Hari Perempuan Internasional.

Love you, Mom. Love you, too, Dad. :)

3 Responses
  1. NullFlow Says:

    Ты похож на Индонезия (&_&)


  2. mdArch Says:

    Sorry..what does it mean? :)


  3. mdArch Says:

    Я Индонезийский :)
    Вы программист?
    (я использую Google Translate)